SEJARAH ELANG PUTIH bondowoso
Pencak Silat adalah
ilmu beladiri khas Indonesia berasal
dari dua suku kata Pencak dan Silat.
Pencak berarti seni gerak serang beladiri diwujudkan berupa tari dan irama,
dengan peraturan (adat kesopanan) dan biasa dipertunjukkan dan Silat berarti intisari dari pencak untuk berkelahi
membela diri dan tidak dapat dipertunjukkan.
Pencak Silat secara
umum berarti Seni beladiri yang
disesuaikan dengan kebutuhan dalam menghadapi tantangan yang berupa alam,
binatang, maupun manusia dan jurusnya
sering menirukan gerakan binatang, tumbuh-tumbuhan alam dan lain-lain.
Sejarah lahirnya pencak silat bersama dengan peradaban nenek moyang bangsa
Indonesia, kemudian berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu,Budha, Kristen,
Islam dan pengaruh bangsa asing yang pernah masuk ke negara Indonesia
diantaranya Portugis, Arab, India, Cina, Belanda, Jepang sehingga terjadi percampuran dengan ilmu beladiri yang dibawa oleh mereka.
Pada mulanya Pencak Silat hanya berkembang dipusat-pusat agama, kerajaan , kelompok
masyarakat tani nelayan dan perkembangannya
diwujudkan berupa seni seperti tari .
Pada waktu bangsa Indonesia dibawah kekuasaan kaum penjajah, Pencak Silat
dilarang karena dianggap membahayakan keamanan mereka, untuk mengelabuhi
penguasa, para pendekar pencak silat memberikan pelajaran kepada generasi muda
rakyat Indonesia dengan menonjolkan Seni padahal didalamnya penuh taktik dan ilmu beladiri .
Suhandoko asli putera
Bondowoso ayahnya bernama Onggowardoyo lahir di Bondowoso pada tanggal 12
Juni 1939 kemudian lebih dikenal dengan nama lengkap Suhandoko Onggowardoyo atau lebih akrab dipanggil murid-muridnya dengan
nama panggilan Mas Han.
Tahun 1951 beliau belajar ilmu Pencak Silat Bawean kepada Latiful Djamal sesepuh Pencak Silat Bondowoso,
Tahun 1953 belajar ilmu pencak silat Minangkabau kepada Haji Safiudin,
Tahun 1954 di Surabaya bersama sahabat dekatnya Mas Pancoro belajar ilmu Pencak Silat kepada
Pak Dirdjo nama lengkapnya Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo kemudian diketahui bahwa beliau pada tanggal 2 Juli
1955 mendirikan perguruan Pencak Silat
Nasional Perisai Diri (PD).
Tahun 1957 – 1958 ketika sekolah di SMP Pacar Bersama Han Siong Ling belajar ilmu Silat Kuntou di Klenteng Kapasari Surabaya ,
Tahun 1959 belajar kepada seorang Pendekar Pencak Silat di Blitar kemudian
merantau kebeberapa daerah belajar Pencak Silat Cimande, Cikalong, Tlango, Bugis, dll dan beladiri selain
Pencak Silat
Tahun 1960 kembali kekampung halamannya Kota Bondowoso beliau
diterima kerja sebagai pegawai biasa di kantor
Malaria sekarang kantor Malaria sudah tidak ada karena sudah digabung menjadi bagian dari Kantor
Dinas Kesehatan. Ditempat dinasnya satu atap dengan pelatih beladiri judo
namanya dr Effendi, Mas Han bersama teman sekantornya Darmadji diajak bergabung ikut latihan
judo, tawaran diterima dengan senang hati, dr
Effendi menyarankan setiap minggu sore supaya hadir ketempat latihan di gedung di Nangkaan.
Pada saat latihan tiba Mas Han
dan Darmadji hadir ketempat latihan dr Effendi tidak ada ditempat
berhalangan hadir, oleh wakil pelatihnya Mas
Han dan Darmadji tidak diijinkan
berlatih dengan alasan karena bukan anggota, akhirnya kedua orang tersebut
pulang dan memutuskan tidak ada keinginan lagi untuk bergabung.
Awal tahun 1961 disaat senggang bersama Darmadji sering
kali kegudang kantor Malaria ruangannya sempit sekali mengulang pelajaran
Pencak Silat yang pernah dimiliki Mas
Han pelajarannya digali, dikombinasikan
satu dengan yang lain kemudian disusun menjadi beberapa jurus Pencak Silat yang indah penuh kaidah
seni, olahraga dan beladiri
kemudian direkam dengan cara dibukukan.
Demi mewujudkan jurus-jurus baru Pencak Silat tidak jarang Darmadji dijadikan sansak Hidup oleh
Mas Han walaupun sebenarnya Darmadji
mempunyai juga dasar-dasar pencak silat
Bersama Darmaji sebentar karena Darmadji pindah ke kantor dinas
Kehutanan Banyuwangi begitu juga domisilinya. walaupun tempat tinggalnya
berjauhan komunikasi dan hubungan tetap
terjaga baik.
Tidak begitu lama tempat dinas Mas Han pindah ke kantor Kadaster Bondowoso
sekarang berubah menjadi kantor BPN (Badan Pertanahan Nasional) yang sebelumnya
dengan nama Agraria.
Akhir tahun 1961 Sebagai penggantinya Mas Han mengangkat tiga
orang murid baru yaitu Kunto, Gani dan Sarip, Kepada ke tiga orang muridnya ini ilmu yang
belum digali semasa bersama Darmadji termasuk dasar-dasar gulat Mongolia
diberikan.
Makin hari jurus-jurus pencak silat yang digali makin
bertambah, Mas Han pandai membaca karakter masing-masing muridnya mereka masing-masing
diberi pelajaran beda disesuaikan bakat
dan kemampuan. Dengan harapan agar
murid-muridnya kelak bisa saling tukar menukar ilmu pencak silat yang pernah
diterima dan meneruskan kepada generasi penerus.
Setelah menguasai banyak pelajaran, Mas
Han memberitahu kepada ketiga orang muridnya bahwa dulu untuk tambahan perbendaharaan beladiri pernah
akan berlatih judo kepada dr Effendi, setelah diceritakan panjang
lebar mereka tergugah, kemudian mereka bertiga minta ijin akan bergabung ikut
latihan judo, Mas Han mengijinkan.
Beberapa hari kemudian setelah bergabung mereka memberi masukan bahwa ilmu yang
diajarkan Mas Han tidak kalah dengan
yudo, ketika dicoba tanding mereka bisa mengimbangi bahkan menang, dari sinilah Mas Han yakin bahwa suatu saat kalau mendirikan
perkumpulan beladiri dengan wadah organisasi Pencak Silat pasti bisa.
Gerakan pencak silat dan beladiri lain yang digali
Mas Han sudah terkumpul banyak, jumlah muridnya sekitar 60 orang, tempat
latihan masih asal-asalan kadang-kadang di halaman belakang rumah tinggal Mas Han, di pekarangan kosong tetangga,
di halaman belakang kantor Pemda Kab. Bondowoso yang pada waktu itu masih rimbun karena banyak
tanaman liar tumbuh tak terawat bahkan
tidak jarang tengah malam latihan di jalan raya yang sudah sepi dari lalu
lalang kendaraan.
Mengingat tuntutan agar tidak dianggap organisasi liar maka terpikirlah
bahwa harus mempunyai wadah organisasi
Di Bondowoso, pada tanggal 12 Juni 1962 bertepatan
dengan Hari Ulang Tahun Suhandoko
Onggowardojo ( Mas Han ) ke 23 didirikan organisasi Perguruan
Pencak Silat dengan nama PERSATUAN
SENI SILAT ELANG PUTIH (PSS EP) pendiri
sekaligus gurunya adalah Mas
Han, dibantu beberapa orang murid senior yang membantu sebagai pelatih dan
pengurus sekretariatnya dirumah tempat tinggal Mas Han di Jalan Jember Gang 0 depan SMP Katholik Bondowoso.
Nama ELANG PUTIH diambil dari rangkuman falsafah yang ada
dalam pencak silat dengan penjabaran urut kebawah E . L
. A . N . G . P. U .T . I . H yaitu :.
|
|
ARTI
|
MAKNA
PENCAK SILAT
|
MAKNA
KEHIDUPAN
|
E
|
:
|
ELAK
|
Serangan dielak/hindaran
|
Elak dari perbuatan tercela
|
L
|
:
|
LINCAH
|
Pesilat harus lincah terutama langkah
|
Lincah dalam pergaulan
|
A
|
:
|
AMBIL
|
Menerima serangan
bisa dikunci/dibanting
|
Ambil hikmah kehidupan
|
N
|
:
|
NAHAN
|
Serangan ditahan, ditangkis dan dengan ketahanan fisik
|
Nahan emosi/sabar
|
G
|
:
|
GERAK
|
Ada serangan cepat gerak, menggunakan serang/ bela
|
Gerak tidak diam/dinamis
|
P
|
:
|
PANDAI
|
Pandai membaca
lawan, mengatur strategi/ waktu
|
Pandai menuntut ilmu
|
U
|
:
|
UJI
|
Harus tahan uji bisa mengatur strategi gerak
|
Uji diri sendiri/mawas diri
|
T
|
:
|
TANDINGI
|
Lawan harus di tandingi dengan tanggap/respon dan counter attack
|
Bersaing sehat
|
I
|
:
|
IMBANGI
|
Lawan kita imbangi dengan gerak berkeseimbangan
|
Perhitungkan dengan
kemampuan yang ada
|
H
|
:
|
HADAPI
|
Lawan harus
kita hadapi secara kesatria ,yakin dan
berani
|
Terima apa
adanya iklas, pasrah
|
Secara umum ELANG adalah burung yang selalu terbang menyendiri,
gagah perkasa dan berani sedangkan PUTIH
berarti bersih dan suci.
Semboyan yang tercantum di lambang Elang Putih PURNANING KRIDO TERUSING BUDI yang
berarti Dalam badan yang sehat harus membentuk jiwa yang berbudi luhur.
Semua siswa dan warga Elang Putih harus setia kepada Tri Setya Elang Putih yaitu:
Kami siswa dan warga Silat Elang Putih dengan Iman dan Taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa berjanji :
1. Siap mengabdi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Siap berjiwa kesatria dan berbudi luhur
3. Siap mempertinggi dan mengembangkan Pencak Silat Indonesia.
Akhir tahun 1962 Generasi
berikutnya Mas Han mengajak Basuki
yang berasal dari Ponorogo beliau mempunyai dasar pencak silat juga, bekerja di
kantor Dinas Pengairan Bondowoso. Pencak Silat yang pernah dipelajari Mas Han dipadukan dengan Pencak Silat
yang dibawa Basuki sehingga melahirkan beberapa jurus pencak
silat baru, pusat latihan diputuskan di halaman bagian dalam Kantor Pengairan Bondowoso,
Tahun 1966 Basuki Pindah ke Tapen masih masuk
wilayah kota Bondowoso beliau membuka cabang Elang Putih di Tapen dalam waktu
relatif singkat murid Basuki banyak
sekali dan di Tapen inilah cabang Elang Putih pertama kali dibuka.
Setelah mempunyai wadah organisasi diberi nama PSSEP
(Persatuan Seni Silat Elang Putih) murid Elang Putih yang bisa melatih bertambah
diantaranya Magdalena S Gandawidjaja
,Andreas Gandawidjaja (kakak beradik), Sri Isworo, Didik Sudiono, Asta, Boy
mereka sepakat ikut membantu melatih murid Elang Putih yang baru.
Tahun 1972 tempat latihan pindah ke Yabapra (Yayasan Balai Pertemuan Rakyat)
Bondowoso sekarang GOR PELITA Bondowoso dengan Pelatih utamanya Andreas Gandawidjaja, yang sudah mampu
melatih banyak dengan seijin Mas Han dibuka cabang-cabang Elang Putih di kota Bondowoso dan Jember, cabang yang pernah dibuka dengan
koordinator diantaranya :
1.
|
Pekauman
|
:
|
Mistur
|
2.
|
Pekuniran
|
:
|
Kabul Basuki
|
3.
|
Kantor Pajak/Afro 47
|
:
|
Ilham Rohadi
|
4.
|
Tegalampel
|
:
|
Darwis
|
5.
|
Al Irsyad
|
:
|
Malik Atamimi
|
6.
|
Aula Veteran/PPM
|
:
|
Moch. Yusuf
|
7.
|
Kejayan
|
:
|
Sunargi
|
8.
|
Arjasa Jember
|
:
|
Bambang
|
9.
|
Kasian Jember
|
:
|
Andreas Gandawidjaja
|
Tahun 1976 untuk
penggodokan mental dan spiritual siswa Elang Putih agar menjadi generasi muda
yang berdisiplin kuat dan berbudi luhur dalam organisasi mengangkat Ketua Fisik
mental Anton Soeryo Pramono, Ketua
Kepengurusan Ari Subagio dan pelatih Ilham Rohadi,
Tahun 1978 mencapai
puncaknya, murid Elang Putih bukan dari kalangan etnis Jawa/Madura saja, tetapi dari beberapa etnis yang ada di Bondowoso yaitu
India, Arab dan Cina .Murid Elang
Putih dari kalangan pelajar sederajat SD,
SMP, SMA Mahasiswa, tersebar di kota Bondowoso latihan dalam satu minggu
dua kali yaitu Rabu dan Minggu, setiap latihan murid Elang Putih memenuhi
gedung Yabapra yang hadir sekitar 200 sampai 300 orang.
Guru Elang Putih berwibawa sekali,
semua siswa tunduk, arahan dan petunjuk beliau amat ditaati mereka tidak
berani bertindak menurut kemaunya sendiri.
Pertengahan
tahun 1979 Suhandoko
Onggowardoyo (Mas Han) kesehatannya
menurun karena sakit komplikasi yang dideritanya begitu juga kegiatan Elang
Putih di Pusat dan cabang mulai fakum..
Pada Hari Rabu pukul 16.50 Ba’damulud
1400 H bertepatan dengan tanggal 27
Pebruari 1980 diusia 41 tahun Guru Elang Putih Suhandoko Onggowardoyo meninggal dunia Elang Putih betul-betul
berkabung.
Murid Elang Putih tidak semuanya menerima pelajaran
secara utuh, Murid yang diberi ijin membuka cabang sebatas murid yang sudah
pernah belajar kepada senior mengenai pelajaran Elang Putih yang belum pernah mereka
terima dari Guru.
Untuk menjaga kelanggengan agar Elang Putih tetap eksis yang dianggap mampu
meneruskan melatih adalah Ilham Rohadi dan Kabul Basuki, tetapi tambah
lama muridnya makin bahkan akhirnya murid
Elang Putih bqnyqk yang pasif . Akhir
tahun 1982 fakum tidak ada kegiatan sama sekali .
Tahun 1982 -1985 Elang
Putih betul-betul tidur, selama empat tahun tidak ada aktivitas, nama Elang
Putih seolah-olah mati terpikirlah oleh. Ilham Rohadi dan Suhartono
murid yang pernah diberi pelajaran langsung oleh Suhandoko Onggowardojo untuk membangunkan kembali Elang Putih yang
sudah cukup lama tidur, Kedua orang tersebut datang kerumah keluarga Alm.
Suhandoko Onggowardojo mohon izin dan restu bahwa mempunyai niat membangkitkan
kembali Elang Putih disamping itu mohon izin pula kepada senior-senior Elang
Putih diantaranya kepada Magdalena S Gandawidjaja SH, Andreas Gandawidjaja,
Drs. Didik Sudiono, Suyono, O’ong Maryono, Ir. Ari Subagio, Kabul Basuki dan
kepada senior-senior lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu ternyata
semua secara positif mendukung
Tanggal 12 Juni 1985 dirumah Ir. Ari Subagio
anggota Elang Putih senior mengadakan pertemuan, karena bertepatan dengan HUT Elang Putih ke 23 sekaligus merayakan secara sederhana, dalam pertemuan
bermusyawarah membentuk Elang Putih generasi baru, hasilnya disepakati bahwa
Elang Putih harus bangkit kembali tidak
punya guru apalagi guru besar yang ada tim pelatih pelajarannya digali
dari mereka yang pernah menerima pelajaran langsung dari guru semasa masih
hidup , kemudian oleh Ilham Rohadi buku-buku pelajaran Elang Putih dari
senior-senior Elang Putih dikumpulkan, disusun kembali menjadi buku dan merupakan
bagian dari kurikulum siswa Elang Putih.Empat bulan sekali ujian
kenaikan tingkat yang lulus memakai sabuk sesuai dengan tingkatannya
diawali dari sabuk hitam, kemudian naik ke sabuk biru, hijau, ungu,
coklat, merah, kuning dan terakhir putih
Nama organisasi Elang Putih disepakati PERSATUAN BELADIRI SENI SILAT
ELANG PUTIH (PBD SS EP).
Karena Yabapra sudah dipugar menjadi GOR PELITA disamping
organisasi belum mampu membayar biaya sewa,
GOR PELITA sering digunakan
aktivitas yang waktunya bertepatan dengan jadwal latihan Elang Putih. atas
saran Susanto masih keluarga besar
Suhandoko Onggowardoyo Pusat latihan diputuskan di Aula SDN Dabasah 6 Bondowoso. Sekretariat Jalan RE
Martadinata Gang Patih no. 42 Bondowoso.
Pada waktu pendaftaran murid baru dibuka yang mendaftar
mulai berdatangan, sedikit demi sedikit murid Elang Putih bertambah, sesuai
dengan perkembangan zaman pencak silat Elang Putih mengikuti juga pekembangannya.
Organisasinya ditata sedemikian rupa personilnya disesuaikan dengan
bidangnya maka tak heran dalam waktu yang tidak begitu lama masyarakat
Bondowoso mengenal nama Elang Putih.
Elang Putih bangkit kembali, tiga tahun kemudian cabang-cabang Elang Putih
yang fakum bermunculan cabang baru di kecamatan dan desa dibuka.
Banyak permintaan dari sekolah-sekolah untuk mengisi ekstrakurikuler, ada
yang dipenuhi di SD, SMP, SMEA, SMKK, SMA dengan kordinatornya diantaranya:
1.
|
1988
|
Wringin
|
:
|
Hosnadi
|
2.
|
1988
|
PT Pira Meubel Curahdami
|
:
|
Kabul Basuki
|
3.
|
1988
|
Pejaten
|
:
|
Fathorahman
|
4.
|
1988
|
Dep Dikbud
|
:
|
Sugianto
|
5.
|
1988
|
Tamanan
|
:
|
Antok
|
6.
|
1989
|
SMKK Bondowoso
|
:
|
Muslim
|
7.
|
1989
|
SMEAN Bondowoso
|
:
|
Moch. Amin
|
8.
|
1990
|
SMPPN Tenggarang
|
:
|
Suhartono
|
9.
|
1990
|
Sumbercanting
|
:
|
Amlan
|
10.
|
1990
|
SMPN 1 Wringin
|
:
|
Haryono
|
11.
|
1991
|
SMPN I Bondowoso
|
:
|
Ilham Rohadi
|
12.
|
1991
|
SMPN 4 Bondowoso
|
:
|
Agus
|
13.
|
1991
|
SMPN 1 Tamanan
|
:
|
Moch. Ismail
|
14.
|
1991
|
SMAN 1 Tamanan
|
:
|
Waluyo
|
Bertepatan dengan ujian kenaikan tingkat diadakan pertandingan antar cabang
aturan pertandingan mengikuti aturan IPSI, memperebutkan sabuk Oranye
dari masing-masing kelas, sabuk kebanggaan pesilat Elang
Putih yang berhak memperoleh adalah juara satu dan sekaligus menjadi
atlit pusat Elang Putih sewaktu-waktu mewakili
tim Elang Putih dalam mengikuti kejuaraan yang diadakan oleh IPSI.
Ternyata cara ini amat effektif
dalam mencari bibit-bibit baru Elang
Putih memotivasi siswa Elang Putih untuk
lebih giat berlatih baik dirumah maupun ditempat latihan.
Begitu seterusnya setiap empat bulan sekali maka tidak heran kalau pesilat
Elang Putih sering mendapat penghargaan di tingkat lokal maupun daerah
karena prestasinya.
Dalam perkembangannya
Elang Putih tambah pesat cikal bakal pusat dan cabang Elang Putih pada waktu
bangkit kembali merupakan modal awal kejayaan Elang Putih, sekarang berkat
dukungan dari berbagai pihak Elang Putih sudah bisa berkembang sampai ke luar
kabupaten Bondowoso.
Ilmu Pencak Silat yang diperoleh Guru Elang Putih Suhandoko Onggowardoyo kemudian diajarkan kepada
murid-muridnya, adalah Kombinasi dari beberapa aliran Pencak Silat
yang ada di Nusantara dan beladiri lain, akan tetapi tehnik pencak silat Minangkabau mendominasi lebih banyak
digunakan dalam jurus-jurus maupun kembangan/suluhspel.
Elang Putih sekarang tanpa guru dan guru besar yang
ada hanya dewan pelatih tetapi rasa kekeluargaan dan persaudaraan tetap dijaga
karena demi cita-cita suci yang diharapkan Guru dan senior-senior Elang Putih melalui Pencak Silat kita lestarikan budaya
leluhur bangsa Indonesia, merajut prestasi wujudkan masa depan gemilang Pencak
Silat dan Elang Putih tetap jaya
selamanyadan bisa mengembangkan sayapnya kepenjuru Nusantara.
Akhirnya pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih tak terhingga kepada
:
1.
Keluarga besar Mas Han terutama Ibu Susanto /Sukma Ani yang banyak memberikan masukan dan
menunjukkan dokumen-dokumen keluarga.
2.
Darmadji yang banyak memberi wawasan Elang Putih pada awal
berdirinya.
3.
Ilham Rohadi yang banyak andil dalam melestarikan Pencak Silat
Elang Putih karena atas jasa beliau pelajaran Elang Putih terjaga keasliannya
dan bisa mengembangkan / mengikuti perkembangan zaman
4.
O’ong Maryono yang banyak memberi masukan pelajaran Pencak Silat di dalam dan luar
Negeri berdasarkan pengalaman beliau melanglang buana ke dunia persilatan di
beberapa negara beliau bisa menunjukkan
secara terurai dari aliran mana masing-masing gerakan Pencak Silat Elang Putih
berasal.
5.
Drs. Didik Sudiono, Ir. Ari Subagio, Andreas
Gandawidjaja, Magdalena S Gandawijaya SH, Sunargi, Kabul Basuki, Moch. Ismail, Fathorahman,
Hosnadi, Sugianto dll. yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberi masukan sehingga
Sejarah singkat Elang Putih Bondowoso
bisa tersusun..
Kami penulis akan berusaha
menggali lebih jauh lagi ke perguruan
Pencak Silat Elang Putih yang ada diluar kota Bondowoso diantaranya Jakarta, Makasar, Bali, Palembang dan didaerah
lain barangkali ada historisnya dengan Perguruan Elang Putih kita mengingat
Mas Han sewaktu muda menimba ilmu
kebeberapa daerah.
Apabila banyak ketidak sempurnaan dalam susunan kata atau kalimat saya
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena keterbatasan saya,
mudah-mudahan amat bermanfaat bagi siswa dan warga Elang Putih khususnya kepada generasi penerus.
Sekian dan Terimakasih.
Bondowoso, 12 Juni 1991
PBD SENI SILAT
ELANG PUTIH
PUSAT
BONDOWOSO
Penyusun
Suhartono